Entri Populer

Kamis, 09 Juni 2011

BIMBINGAN TEKNIS MENYUSUN HPS BARANG CETAKAN UNTUK PENGADAAN BARANG JASA PEMERINTAH


                                 
ki-ka:Rahim, Dian, Sandi, Sistha,Ismantri,Sentot, Tunjung, Virta dan Aditya

Selama tiga hari, 7-9 Juni 2011, delapan peserta yang berasal dari Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, mendapatkan pencerahan berkaitan dengan Teknik dan Metoda Menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS atau Owner's Estimate). Peserta langsung dibimbing oleh Drs. Sentot Mardjuki, M.Si., konsultan KPU dan juga penulis beberapa judul buku diantaranya yang terbaru adalah buku bertajuk Teknik dan Metoda Menghitung Harga Perkiraan Sendiri (Owner's Estimate) Barang Cetakan & Menetapkan Kelayakan Produksi Percetakan Untuk Pengadaan Barang Jasa Pemerintah sesuai amanat Perpres 54/2010yang diterbitkan oleh Lembaga Manajemen Pembangunan Indonesia Mandiri (LAMPIRI). 

Rahim Noor, S.Kom
"Saya sudah sering menjadi bagian dalam proses pengadaan. Tapi, ilmu mendalam tentang menghitung HPS baru saya dapatkan sekarang," ujar Rohim Noor, S.Kom, Kasubag Standar Barang dan Jasa Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum. "Saya berharap teman-teman yang lebih muda, bisa lebih mendalami, sehingga mereka dapat menjadi kekuatan KPU di masa depan utamanya dalam proses pengadaan barang jasa," lanjut pria berjanggut ini. Menurut Rahim, banyak hal yang mesti dibenahi dalam proses pengadaan barang jasa khususnya dalam lingkungan Sektretariat Jenderal Komisi Pemillihan Umum. "Kita tidak bisa berdiri sendiri. Sebab, apa yang kita laksanakan sering merupakan implikasi dari keputusan instansi lain. Dan, hal tersebut sering membuat kita kerepotan," paparnya. 
Salah satu yang menurutnya menarik adalah ketika terjadi pemilukada ulang. "Waktunya kurang dari 10 hari untuk menyiapkan segala materi yang diperlukan. Nilainya sering tidak kecil. Dari segi kebijakan dan implementasi, buat kami berat. Tapi, karena itu sudah menjadi ketetapan, mau tidak mau tetap harus dilaksanakan," jelas pria yang telah mengantongi sertifikat L4 dari Lembaga Kebijakan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) semasa masih berlaku Keppres 80/2003 (setelah berlaku Perpres 54/2010, syarat mendapatkan sertifikat, harus lulus ujian dan berlaku selama 4 tahun).

Hal senada pun dirasakan oleh peserta lain. Dian Nurlaily, SE, Kasubag Pengolahan Data dan Dokumentasi.  meski harus pulang pergi lantaran tidak bisa meninggalkan bayinya yang masih menyusui, tidak ingin tertinggal satu session pun. "Ini materi yang penting dan perlu,"  ujarnya. Dian bahkan mengusulkan untuk dibuat program khusus mengenai Teknik dan Metoda Menyusun HPS ini diberikan kepada Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). "Supaya mereka paling tidak mendapatkan gambaran bagaimana proses menyusun HPS itu dilakukan," lanjut Dian. "Karena mereka rata rata sibuk, programnya cukup dibuat sehari saja," tambah Dian.

Tunjung Yulianto, SH, Staf TU Pimpinan Biro Umum Sekretariat Jenderal KPU bahkan sejak awal lebih banyak menanyakan hal hal yang sifatnya teknis dan analog dengan barang cetakan. "Antara kertas dan bahan kain, sepertinya sama ya, Pak? Kualitasnya masing-masing ditentukan oleh kerapatannya," demikian salah satu pertanyaan yang diajukan oleh pria yang pernah aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat - sebelum akhirnya "terdampar" di KPU ini.




Sandi Rahadian Rizki, A.Md
Peserta bimbingan teknis menghitung Harga Perkiraan Sendiri hampir semuanya merasakan pentingnya  menguasai teknik dan metoda menyusun HPS.. Apalagi HPS dalam proses Pengadaan Barang Jasa Pemerintah menjadi bagian integrated dari pengumuman lelang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. "Bukan lagi pagu yang diumumkan, tapi HPS," tegas Sentot Mardjuki, instruktur pelatihan yang diamini Muhammad Ismantri, ST., L:ivirta Adhesia, S.Sos, dan Arum Rokhkusumasistha, S.Kom, dan Sandi Rahadian Rizki, dan Aditya Kelana D.. 

Aditya Kelana D, A.Md


Summary Materi Bimbingan Teknis Menghitung Harga Perkiraan Sendiri (HPS)/Owner's Estimate Barang Cetakan dan Menetapkan Kelayakan Produksi Percetakan Sesuai Perpres 54/2010.


Training Description :
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owner Estimate (OE) adalah perkiraan harga pengadaan barang/jasa yang dianalisa secara profesional dan disyahkan oleh eksekutif yang memiliki otoritas. Owner Estimate (OE) berfungsi berbagai acuan dalam melakukan evaluasi harga penawaran barang dan jasa dengan tujuan untuk mendapatkan harga penawaran yang wajar , dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dilaksanakan oleh rekanan sesuai dengan ketentuan kontrak.

Dengan demikian, penyusunan Owners Estimate merupakan kunci keberhasilan dalam proses Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Bimbingan Teknis ini dipandu khusus oleh seseorang yang memiliki jam terbang meyakinkan baik sebagai praktisi, dosen, maupun sebagai konsultan ahli dalam bidang perencanaan  dan menyusun HPS khususnya Barang Cetakan untuk Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Bagi kalangan Sekteriat Jenderal KPU, jajaran Kemendiknas, nama Drs. Sentot Mardjuki, M.Si, tidaklah asing. Beliaulah yang akan menjadi mentor bimbingan teknis selama tiga hari ini.

Metode Pelatihan :

Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah lektur, workshop, studi kasus dan konsultasi interaktif.

Secara umum, materi bimbingan teknis juga akan mencakup beberapa hal - meski tidak seluruhnya, seperti berikut : 

1. Proses Pengadaan Barang dan jasa
  • Objektif pengadaan.
  • Parameter pengadaan barang dan jasa.
  • Proses pengadaan tradisional dan proses pengadaan masa kini.
  • Pentingnya aspek Quality, Cost dan Delivery dalam proses pengadaan.
2. Peran Owners Estimate dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa.
  • Pengertian Owners Estimate
  • Fungsi Owners Estimate.
  • Peran Owners Estimate dalam berbagai pola pengadaan.
  • Diskusi dan studi kasus.
3. Teknik Penyusunan Owners Estimate.
  • Harga pasar.
  • Data Kontrak masa lalu.
  • Perhitungan harga satuan dan Cost of goods Sold.
  • Price list dari pabrikan.
  • Delphi Method.
  • Referensi harga yang lain.
4. . Studi Kasus dan Diskusi.

Agenda bimbingan teknis berikutnya : 12-15 Juli 2011, dengan tambahan materi berupa kunjungan ke perusahaan percetakan besar untuk  melihat langsung mesin-mesin produksi percetakan. 

Informasi dan Pendaftaran :
Lembaga Manajemen Pembangunan Indonesia Mandiri (LAMPIRI)
Hp. 081385880699 (Lukmanul Hakim)


Jl. Srengseng Sawah No. 4 Jakarta 12640 Telp./Fax. 021. 95270361 / 021.7782.0279 email : lampiriconsulting@yahoo.co.id
blogs: lampiriconsulting.blogspot.com

Kirim Data :

Nama                     :
Asal Instansi           :
No. Telp/Fax         :
No. Hp                  : 
Alamat Email          :
Alamat Kantor       :

Kamis, 10 Februari 2011

SEGERA TERBIT BUKU TEKNIK DAN METODA MENGHITUNG HARGA PERKIRAAN SENDIRI BARANG CETAKAN UNTUK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lahirnya Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 sebagai penyempurnaan Keppres No. 80 Tahun 2003, menjadi momentum baru dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Implikasinya sudah pasti berkaitan dengan 'harusnya' semakin akuntabel dan transfarabelnya kegiatan dimaksud tanpa adanya upaya diskriminasi dan/atau apapun bentuk praktek-praktek yang menyimpang lainnya. Sehingga karut marut proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang mungkin selama ini masih ada dan terjadi dapat dieliminir atau bahkan mungkin dihilangkan.

Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) - sebagai lembaga yang memiliki otoritas membangun dan membenahi sistem pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dikatakan sudah cukup  maksimal dalam membangun sistem seperti itu meski usianya masih sangat muda. Proses pengadaan barang/jasa secara elektronik sekarang pun sedang gencar-gencarnya dilakukan.Meski demikian, bukan lah hal mudah membangun sebuah sistem yang dapat dipatuhi dengan tanpa reserve apalagi akal-akalan. Karena selalu saja ada celah yang dapat dijadikan entry point bagi oknum tidak bertanggung jawab yang secara baik sengaja maupun tidak bergerak dalam koridor yang bertentangan dengan cita-cia dibangunnya LKPP.    
 
Lucunya,ada kalanya ditemukan juga birokrat yang mengaku sengaja menghindari dirinya masuk ke dalam bagian dari sumber daya manusia yang ditugaskan untuk menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau panitia pengadaan. Hal itu dilakukan, tentu bukan tanpa sebab. Secara empiris memang dapat dengan mudah dibuktikan bahwa tidak sedikit oknum panitia pengadaan barang/jasa pemerintah yang kemudian menjadi penghuni prodeo karena terbukti melanggar aturan dalam praktek pengadaan barang/jasa pemerintah. 

Yang lebih lucu lagi, ketika dalam APBN/APBD dilakukan posting untuk membangun persepakbolaan nasional, misalnya, dimana setiap klub mendapat dukungan operasional dari APBD atau mungkin APBN, dan kemudian terjadi kesalahan prosedur dalam penggunaannya, yang dilakukan adalah mendorong pengambil keputusan untuk meniadakan post tersebut.Pertanyaannya adalah apa jadinya, jika semua jenis kesalahan prosedur dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah kemudian mengarah pada dihapuskannya post tersebut padahal post tersebut sangat strategis dalam pemberdayaan masyarakat? Atau katakanlah birokrat, juga pengusaha, semuanya menjadi paranoid, dan tidak ada lagi yang mau terlibat dalam proses itu, maka bukankah ini sama artinya tidak ada lagi daya ungkit dan daya dorong pembangunan? 

Seharusnya yang dibenahi adalah sistem kontrol, sistem akuntabilitas dalam proses itu. Semangatnya bukan dalam konteks untuk balas dendam dan/atau menjebloskan si a agar masuk prodeo. Melainkan membangun aspek jera bagi setiap pelaku yang terlibat dalam proses pengadaan barang/jasa. Sehingga segala sesuatunya menjadi lebih terang benderang, dan semuanya merasa nyaman menjadi bagian dalam proses itu. 
 
Satu aspek penting dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah adalah berkaitan dengan level pengetahuan, bukan hanya dari sisi panitia pengadaan, melainkan juga dari sisi pengusaha mengenai tata cara dan aturan main dalam proses pengadaan barang/jasa dimaksud. Dalam rangka itulah, LAMPIRI merasa beruntung ketika bertemu dengan seorang praktisi, dosen, dan konsultan dalam bidang yang khusus mengajarkan teknik dan metode menghitung harga perkiraan sendiri (owner's estimate) barang cetakan untuk pengadaan barang/jasa pemerintah. 

Buku ini, saat ini (Februari 2011), sudah dalam proses permohonan untuk mendapatkan kata pengantar dari kepala lembaga otoritas dalam bidang pengadaan barang/jasa pemerintah Republik Indonesia, yakni Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), yakni Bapak Agus Rahardjo. Harapannya, karena masih langkanya buku semacam ini ditulis, dan sebenarnya dapat dijadikan referensi bagi panitia pengadaan barang/jasa pemerintah, terutama yang berkaitan dengan cara menetapkan kelayakan produksi percetakan dan menentukan harga perkiraan sendiri (owner's estimate)barang cetakan untuk pengadaan barang/jasa pemerintah, maka sudah sepatutnya buku ini mendapatkan respon sebagaimana layaknya sebuah buku yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Sebab meski persoalan pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan persoalan krusial - mungkin juga sangat strategis dalam proses pembangunan, buku-buku yang berkaitan dengan hal dimaksud, masih terbilang sangat langka.
Selebihnya, adalah harapan penerbit. Agar buku ini menjadi salah satu buku wajib yang direkomendasikan LKPP untuk digunakan sebagai acuan khusus dalam menetapkan kelayakan produksi percetakan dan menghitung harga perkiraan sendiri (owner's estimate) untuk barang cetakan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.


Selain Kepala LKPP, pengantar buku ini- masih dalam proses konfirmasi, juga direncanakan adalah Ketua DPR/MPR RI, Mensesneg Sudi Silalahi, Kepala BPKP, Ketua Asosiasi Perusahaan Percetakan dan Grafika Indonesia (PPGI)- sudah confirmed,dan pihak-pihak terkait yang concerned di dalam rangka menciptakan good governance, clean governance, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan yang akuntabel.  Tapi, apabila kondisi kurang kondusif untuk meminta kata pengantar dari berbagai pihak yang telah disebutkan di atas, buku ini akan tetap diterbitkan mengingat benefit yang dapat diperoleh para pembacanya khususnya mereka yang terlibat dalam menghitung harga perkiraan sendiri untuk barang cetakan dalam pengadaan barang/jasa pemerintan.


Buku yang rencananya dibandroll dengan harga Rp. 250.000,- per pieces, terdiri dari kurang lebih 250 halaman- sudah termasuk gambar dan ilustrasi, hardcover dan dibuat sangat lux. Buku ini secara khusus memuat teknik dan metode menghitung harga perkiraan sendiri untuk barang cetakan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan CD yang memuat template formula teknik dan metoda menghitung harga perkiraan sendiri (owner's estimate). Dengan demikian, buku ini dapat menjadi panduan lengkap bagi para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) khususnya panitia pengadaan yang manangani barang cetakan.
 


Selasa, 28 Desember 2010

PELUANG TIMNAS MASIH ADA? SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGIS

Kemenangan tim sepak bola Malaysia atas Indonesia 3-0 dalam laga final leg pertama Piala AFF di Kuala Lumpur, 26 Desember 2010, sebenarnya tidak perlu terjadi. Kesuksesan anak buah K. Rajagobal setidaknya dapat dihentikan oleh pasukan Garuda di bawah asuhan Alfred Riedl. Tapi, melesaknya 3 gol tanpa balas ke gawang timnas yang dikawal Markus, meski terasa menyesakkan, sudah terjadi. 
Ada beberapa hal yang sebenarnya secara tidak kasat mata dapat dijadikan dasar mengapa timnas - yang begitu perkasa dan nyaris tak terkalahkan dihampir semua laga, bahkan sempat mencukur Malaysia dengan skor telak 5:1, begitu mudahnya ditekuk di kandang lawan tanpa balas. 
Pertama, konsentrasi pemain, bahkan pelatih dan official sudah terganggu, sejak mereka berangkat ke Malaysia. Pemain mungkin- sebagai mahluk Tuhan yang berpikir dan merasa, memiliki tingkat percaya diri yang terlampau berlebih. Sehingga tingkat kewaspadaan mereka berkurang. Apalagi rata-rata mereka adalah pemain muda, minim pengalaman bertanding di luar negeri dan ditonton oleh penonton lawan. Sehingga mereka mengalami -mental shock, dan sulit fokus pada permainan.
Kedua, gangguan lain, datang dari suasana euforia yang diciptakan secara sengaja oleh kelompok politisi opportunist yang ingin juga terlihat andilnya atas euforia penonton dan semangat nasionalisme yang tiba-tiba saja muncul, dengan segala macam jamuan yang mereka siapkan untuk timnas. Para pemain, di gelandang kesana kemari hanya untuk sekadar menghabiskan waktu. Mereka lupa, kalau para pemain perlu tetap fokus. Ini sempat membuat pelatih, Riedl geram. Untungnya dengan tegas Riedl menolak beberapa tawaran. Jika, tidak, yang terjadi di lapangan mungkin bisa lebih parah. Sebab, tiba-tiba saja para pemain timnas mengalami gegar psikologis, dan tidak siap bertempur lantaran "kekenyangan".
Ketiga, teror laser yang membuat para pemain "lebih" kehilangan konsentrasi- yang memang sudah dalam posisi kurang konsentrasi karena merasa lawan sama seperti kemarin yang berhasil mereka kalahkan dengan mudah. Gempuran awal para pemain Malaysia, rupanya membuat para pemain timnas kaget, dan membuat permainan mereka jadi agak kacau. Mereka mencoba bangkit. Tapi, karena tidak fokus, maka beberapa pemain kerap membuat blunder sendiri. 
Keempat, idealnya, Riedl sedikit memperhatikan situasi dan kondisi mentalitas juara para pemain. Saya, memimpikan Riedl menurunkan Bambang Pamungkas- sejak awal, berpasangan dengan Gonzales. Juga memainkan Eka Ramdhani, lalu juga memainkan Arif Suyono sejak awal menggantikan posisi Okto. Kenapa BP? BP - lepas dari kelebihan dan kekurangannya, menurut saya, memiliki mentalitas juara. Nilai tambahnya, publik Malaysia juga sangat mengenal BP. Sebab BP pernah bermain untuk Selangor FC, dan prestasinya cukup membanggakan. Bagi BP, bermain di Malaysia, mungkin membuatnya terpacu untuk bermain lebih bagus. 
Lalu, mengapa Eka? Eka meski tidak seperti BP yang memiliki pengalaman bermain di Malaysia, setidaknya memiliki kualitas dan mentalitas juara setara seperti BP. Apalagi Eka memiliki umpan-umpan matang yang selama ini sudah sangat dikenal Gonzales.  Ditambah Arif Suyono yang beberapa kali berhasil mendobrak pertahanan lawan ketika melawan Pilipina, maka timnas- pastinya, bisa lebih punya gigi dan mampu merobek gawang lawan. 
Memang, sebagai pelatih berpengalaman dan lebih mengenal karakter pemain, Riedl bisa lebih memahami kelebihan dan kekurangan para pemainnya. Tapi, faktor X- faktor psikologis pemain, rasanya harus ada yang bisa mengingatkan Riedl. Kita tentu sangat ingin kemenangan timnas didapatkan melalui gol-gol yang tidak terjadi secara kebetulan. Melainkan hasil sebuah kerjasama. Dan, kerjasama yang baik tercipta ketika pemain dapat bermain dengan tenang, santai, tanpa beban. Dan, itu ditunjang oleh pengalaman dan juga jam terbang. Artinya, ada sisi-sisi lain yang juga harus dipertimbangkan Riedl ketika memutuskan apakah akan memasang A atau B. Tidak melulu berdasarkan asumsi permainan belaka. 
Ini sekadar analisa. Bisa saja semuanya keliru. Yang tidak keliru adalah jika kita punya harapan, timnas akan berhasil mengimbangi lawan, dan merobek gawang lawan dengan skor cukup untuk menjadi juara AFF Suzuki tahun ini. Itu saja. Kita lihat saja, sore nanti. Bravo timnas!






Kamis, 23 Desember 2010

Perilaku Politik Dalam Kacamata Psikologi Islam

Tulisan ini, masih merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya, tentang cerita Aa Gym memerangi kemungkaran dengan ma'ruf- padanan katanya dalam bahasa Indonesia, kebaikan. Tolong dikoreksi kalau saya salah. Cerita itu disampaikan Prof.Mubarok, guru besar Psikologi Islam. Prof. Mubarok adalah satu dari dua orang guru besar dalam bidang Psikologi Islam - yang memang baru ada dua orang di Indonesia, bahkan di dunia.

Keluasan wawasan, dan kearifan tutur kata beliau tidak hanya diakui dalam dunia pendidikan. Dalam dunia politik pun beliau terbilang piawai. Sebagai - dulu, wakil ketua umum salah satu partai besar di Indonesia, kini- beliau menjadi anggota dewan pembina yang diketuai oleh SBY, Prof.Mubarok tetap adalah seseorang yang sangat bersahaja. Mengayomi, mendengarkan dan mencerahkan sepertinya sudah menjadi prinsip dan budaya dalam kehidupannya. 

Dalam bingkai psikologi - khususnya konteks Psikologi Islam, Prof.Mubarok menjelaskan begitu banyak peristiwa "kemanusiaan" yang tidak bisa dengan begitu saja dilihat secara kasat mata. Mengapa orang itu berperilaku begitu, mengapa dalam situasi yang semua orang mengira "menyeramkan" seorang yang telah mendapatkan stempel sebagai teroris dan terancam hukuman mati, masih dapat tersenyum. Itulah yang terjadi ketika pelaku tindak pidana terorisme, Amrozi, memperlihatkan senyumnya saat diadili. Ini juga yang membuat-kemudian, dunia keilmuan tertarik mendiskusikannya dan meminta Prof.Mubarok menjelaskan melalui judul makalah "Mengungkap Makna Senyum Seorang Teroris." 
Prof.DR.Achmad Mubarok, MA-tengah. Diapit sebelah kiri-duduk tegak, penulis, sebelah kanan, Sarji-Ketua STAISA Shalahuddin Al Ayyubi.
Psikologi - dalam pendekatan sekuler Barat, memiliki makna menerangkan tingkah laku, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku.Proses itu dilalui melalui - umumnya, dua cara. Hasil sebuah renungan dan pemikiran para ilmuwan, dan bisa juga hasil dari sebuah proses penelitian laboratorium. Dari segi keilmuan, penggunaan ilmu psikologi dalam dunia kerja termasuk strategi pertempuran sering menjadi alat analisa. kekalahan perang tentara adidaya yang an sich memiliki peralatan tempur lengkap, teknologi informasi  lengkap di beberapa medan pertempuran- menandakan adanya kesalahan dalam memprediksi tingkah laku lawan. Maka kemudian lahirlah teori indigeneous psychology- yakni ilmu psikologi yang menggunakan pendekatan budaya lokal.

Senyum seorang Amrozy - dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan keilmuan ini. Amrozy sudah menjadi masyarakat dunia. Dan, apa yang dilakukannya adalah dalam rangka melawan - menurutnya, kesombongan negara adidaya. Oleh sebab itu, sudah seharusnya negara-negara dimanapun di dunia ini, harus - punten kang Aa, meniru konsep amar ma'ruf nahi mungkar dengan cara ma'ruf seperti dilakukan Aa Gym. Apalagi telah terjadi proses identifikasi. Ketika aparat bergerak dengan cara-cara Amerika, misalnya, dan juga mendapatkan "sumbangan" dari negara-negara adidaya, maka yang terjadi adalah asumsi bahwa melawan aparat itu sama dengan mereka melawan negara donor tadi. Maka persoalan tidak akan pernah selesai. Oleh sebab itu, ini harus menjadi pemikiran agar tidak ada lagi markas polisi yang diserbu kelompok teroris karena kesalahan dalam identifikasi.

Penerapan indigenous psychology juga pernah dilakukan oleh Cina. Negara yang begitu besar - dengan jumlah penduduk miliaran, membuat para pemimpinnya berpikir. Akan jadi apa negeri ini jika demonstrasi dan protes dibiarkan merebak ke seluruh Cina. Cina tidak akan pernah menjadi negara besar. Tapi, Cina juga bukan seperti Indonesia, negara dengan konsep beragama. Tidak ada jalan lain bagi penguasa Cina ketika itu-tentu setelah mereka melakukan pergulatan pemikiran dengan asumsi masa depan Cina yang lebih baik, maka terjadilah peristiwa keji Tiananmen. Maka ratusan orang mati. Sejak itu, tidak ada lagi demonstrasi. Apa yang terjadi dengan Cina sekarang? Tindakan penguasa Cina-sudah pasti tidak bisa dibenarkan. Tapi, dari sisi pendekatan budaya, Cina berhasil melakukan shock therapy.

Dalam pendekatan Psikologi Islam - selain, ketiga fungsi psikologi seperti menerangkan tingkah laku, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku, ada dua fungsi lagi yakni : membentuk perilaku yang baik (akhlakul karimah), dan mendorong orang untuk merasa dekat dengan Tuhan. Ini yang membedakan dasar pemikiran psikologi sekuler dengan  Psikologi Islam. Sebab pijakan Psikologi Islam adalah Al Quran dan Al Hadits.

Jika dalam psikologi Barat - Freud, menjelaskna konsep id, ego dan super ego, dalam pendekatan Psikologi Islam dijelaskan wanafsi fujuraha wa taqwaha..Jiwa manusia itu terdiri keburukan dan kebaikan. Lahamakasabat waalaiha maktasabat...(maaf kalo salah tolong dikoreksi-penulis). Manusia sebenarnya lebih mudah untuk berbuat kebaikan. Tapi, daya tarik untuk berbuat keburukan lebih kuat. Antara benci dan cinta. Marah, munafik, dengki. Itu adalah isi dari jiwa manusia. Oleh sebab itu, jiwa manusia sering sekali tertarik dengan hal-hal yang buruk. Jika ada seorang guru wanita mengajar di depan kelas, pakaiannya seksi hingga belahan dadanya terbuka, apa kira-kira yang menjadi perhatian siswa-terutama yang laki-laki? Pasti bukan pada apa yang tengah disampaikan. Pikiran mereka pasti menerawang entah kemana. Karena manusia berpikir dan merasa.


Sering sekali manusia ribut, bertengkar, marah-marahan, oleh hal-hal yang kecil. Orang berebut menjadi bupati/walikota atau presiden- yang diperlukan hanya satu orang, tapi yang ingin, banyak. Manusia sibuk memperebutkan masalah duniawi. Padahal manusia yang meributkan melulu urusan duniawi, martabatnya rendah. Sebab dunia dan seisinya itu sangat kecil. Maka itu, janganlah selalu meributkan hal-hal yang kecil. Ributlah untuk urusan-urusan besar. Pengabdian, misalnya. Karena begitu luasnya, sebanyak apapun orang yang melakukan, tidak akan terjadi keributan. Malah yang terjadi sebaliknya, kedamaian.

penulis bersama Prof.DR.KH.Achmad Mubarok, MA- diskusi proposal sarasehan wawasan kebangsaan.
Dalam dunia pendidikan dan dakwah - karena manusia berpikir dan merasa, maka diperlukan pendekatan-pendekatan psikologis.  Pengajaran - outputnya hanyalah sebatas transfer knowledge. Sedangkan pendidikan  bukan sekedar transfer knowledge, melainkan didalamnya terdapat proses transfer nilai-nilai budaya - perilaku. Ada goal besar yang menjadi frame di belakan sebuah proses pendidikan. Pendidikan politik berbudaya,misalnya, harusnya bisa menghasilkan politisi yang santun, berbudaya dan memiliki martabat. Meski untuk sebagian besar, politik identik dengan kepentingan. Sebab itu, orang politik bergerak atas dasar kepentingan. Oleh sebab itu, politik tidak bisa dijadikan solusi dari bangsa yang sudah karut marut ini.  Dalam banyak peristiwa, bangsa ini tersander oleh kepentingan politik segelintir orang saja.

Prof. Mubarok berasumsi bahwa solusi bangsa ini dapat dicarikan jalan keluarnya melalui konsep kebudayaan. Sebab menurutnya, budaya memandu tingkah laku kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam konteks global, dimana akar budaya pun sudah banyak yang tercerabut tanpa adanya upaya pelestarian yang jelas dan terarah, maka yang menjadi pertanyaan adalah budaya semacam apa yang bisa menjadi solusi? Sudah pasti ini memerlukan diskusi khusus yang tidak bisa sebentar. Apalagi bicara budaya sama artinya kita bicara konsep. Konsep WC dulu berbeda dengan konsep WC sekarang. Dulu, WC umumnya berada di luar. Karena konsep WC hanyalah sebagai tempat - maaf, tai. Jadi tidak sepatutnya untuk tempat benda semacam itu berada di dalam rumah.

Sekarang apa yang terjadi. WC berhias. Bahkan tidak segan-segan orang menghabiskan ratusan juta hanya untuk menghias dan menyulap WC supaya menjadi tempat yang nyaman. Konsep tentang WC berubah. Artinya ada pergeseran nilai-nilai WC di mata masyarakat. Seperti halnya WC, konsep korupsi juga bergeser. Koruptor dulu sama dengan-maaf, tai. Sumpah serapa dan semacamnya. Sekarang, apalagi setelah kasus Gayus. Rasa kata 'korupsi' bergeser. Bukan lagi sebagai sesuatu  yang dibenci-sebagian mungkin, membenci, tapi jika kita dengar perbincangkan di kereta api, di warung-warung rokok, Gayus sudah seperti 'pahlawan'. Hebat ya Gayus. Golongan III kok bisa nyikat milyaran. Artinya apa, korupsi identik dengan prestasi. Belum lagi kalimatnya dilengkapi 'daripadi korupsi kecil-kecilan,yang gede aja sekalian, lebih aman. semua bisa dibeli dengan uang kok.'

Tapi, ada satu yang menarik saya. Ketika tanpa sengaja melihat Mahfud MD- ketua MK, muncul di televisi mengisi renungan. Mahfud bilang begini. Jika anda tidak takut pada hukum duniawi, setidaknya takutlah pada hukum Tuhan. Mahfud pun sependapat dengan pendekatan Psikologi Islam. Mendorong orang untuk merasa dekat dengan Tuhan. Kalau sudah dekat, sekalipun Tuhan tidak bisa menjewer jika kita bikin salah, tapi, hati rasanya gelisah dan tidak nyaman. Semoga kita semua mendapatkan ridho-Nya. Amin.


Selasa, 21 Desember 2010

"amar ma'ruf nahi mungkar : tak ada satu jendela pun yang pecah"

ada cerita menarik disampaikan Prof.DR.Achmad Mubarok, MA, saat memberikan kuliah umum Psikologi Islam di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi. Cerita yang menarik yang beliau sampaikan sebenarnya banyak. Saya ambil saja salah satunya yang menurut saya - saat ide menulis ini muncul, paling menarik.Topiknya menyangkut amar ma'ruf nahi mungkar. 
Awalnya adalah ketika dalam sesi bertanya ada seorang bertanya soal "mengapa sering kita melihat ada sekelompok masyarakat yang tujuannya amar ma'ruf nahi mungkar dengan cara-cara anarki-merusak, bahkan benda-benda yang tidak tahu menahu urusan dibuat hancur?"
Prof.Mubarok lalu mengurai kembali  analisa bekerjanya Psikologi khususnya Psikologi Islam. Psikologi sekuler berasal dari renungan dan penelitian laboratorium semata. Tiga hal yang menjadi fokus kajiannya : menerangkan tingkah laki, memprediksi dan mengendalikan tingkah laku. Psikologi Islam, selain dari renungan dan hasil penelitian laboratorium, berpijak pada Al Qur an dan Al Hadits. Maka itu, selain tiga hal tersebut, dalam Psikologi Islam ada dua fokus penting lainnya yaitu mendorong orang untuk memiliki akhlakul karimah, dan mendorong orang untuk semakin dekat pada Alloh. 
Beliau lalu bercerita tentang kisah Aa Gym-ketika itu Aa masih sangat populer, menghentikan perjudian yang dianggap meresahkan masyarakat. 
Melihat masyarakat begitu emosional, Aa kemudian bicara dengan mereka. Entah apa yang dibicarakan Aa, maka masyarakat yang sudah melengkapi dirinya dengan persenjataan perang, mengepung satu rumah yang menjadi sarang para penjudi dan dianggap telah meresahkan masyarakat itu. 
Tiba di depan rumah penjudi itu, lalu Aa bicara lagi dengan mereka. Dan, tidak lama, Aa-sendirian masuk ke dalam  rumah , dimana sedang berkumpul puluhan orang yang asyik berjudi. Melihat kedatangan Aa, tentu saja, mereka terkejut. Bahkan ada yang sambil ketawa-ketiwi menawarkan Aa bergabung dengan mereka. 
"Assalamualaikum," ucap Aa. Aa lalu bertanya. "Apakah bisa saya bertemu dengan pemilik tempat ini?" Aa pun kemudian dibawa ke suatu ruangan dan dipertemukan dengan pemilik rumah perjudian itu, lalu terjadilah dialog diantara mereka.
Aa,"Apa kabar Pak."
Pemilik rumah judi (PRJ),"Alhamdulillah baik A."
Aa,"Bagaimana bisnisnya Pak."
PRJ,"Wah lancar A. Bisnis lagi bagus."
Aa,"Begini pak. Bisnis ini pasti membuat bapak senang, bukan begitu."
PRJ,"Iya A betul.Saya bisa untung besar."
Aa,"Apakah bapak juga senang kalau bapak bisa senang masyarakat juga ikut senang."
PRJ,"Iya A."
Aa,"Kebetulan Aa mendapatkan laporan dari ibu-ibu. Mereka mengeluh tidak bisa bayar sekolah, anak-anaknya jadi susah, ibu-ibu pun sering jadi korban kemarahan para suami."
PRJ,"Iya A."
Aa,"Sebabnya adalah karena para bapak itu, lebih senang berkumpul dan menghabiskan uang disini.Padahal uang itu kan untuk bayar sekolah, untuk keperluan dapur."
PRJ,"Iya A."
Aa,"Saya sebenarnya kemari tidak sendirian. Tapi diantar teman-teman masyarakat sini. Mereka sebenarnya sudah sangat marah. Tapi, saya minta mereka untuk sedikit menahan diri." ujar Aa lagi sambil berjalan menuju jendela didampingi PRJ, dan melihat sekumpulan masa lengkap dengan alat perangnya. 
Aa,"Sudah begitu saja. Saya pamit dulu. Saya hanya ingin menyampaikan pesan ibu-ibu saja.Assalamualaikum." Aa pun ngeloyor pergi.
Sepeninggal Aa, pemilik rumah judi itu jadi gelisah. Tiga hari tiga malam, dia tida bisa tidur. Dalam renungannya, dia berpikir. Aku senang, tapi banyak orang jadi hidup susah karena perbuatan aku. Persis pada hari ketiga, pemilik rumah judi, berkunjung ke rumah Aa, dan disambut Aa dengan penuh kehangatan. 
PRJ,"Assalamualaikum Aa. Syukur alhamdulillah, setelah saya renungkan apa yang Aa sampaikan, membuat saya gelisah dan tidak bisa tidur. Sudah lah, akhirnya saya putuskan, rumah judi itu saya tutup. Dan, mohon Aa kiranya bisa membimbing saya."
Aa pun memeluk orang itu dengan hangat seraya berucap,"Alhamdulillah."
Rumah judi itu pun kemudian ditutup sendiri oleh pemiliknya. Dan, tidak ada satu jendela kaca pun yang pecah. Subhanallah.